Vaksin Sinovac

 

Pendemi COVID-19  semakin hari makin memprihatinkan. Terlebih dengan melonjaknya angka kasus terinfeksi khususnya di Indonesia yang makin hari makin tak terkendali. Dilansir dari website Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Kreatif (27/3/2021), menyebutkan bahwa jumlah terpapar virus mengalami kenaikan dari jumlah sebelumnya. Diketahui bahwa jumlah kasus aktif mencapai 157.039, spesimen sebanyak 55.495, suspek sebanyak 78.746 jiwa, 1.329.074 terkonfirmasi, sebanyak 1.136.054 sembuh, dan sebanyak 35.981 meninggal. Angka tersebut sangat fantastis jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga yang kian hari makin membaik.

Untuk meminimalisir menyebaran kasus positif COVID-19 pemerintah telah mengupayakan berbagai kebijakan. Salah satunya adalah dengan menerapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) terutama bagi daerah berzonasi merah. Penerapan protokol kesehatan juga harus selalu diterapkan, terlebih ketika berada di tempat umum. Kebiasaan baru seperti rajin mencuci tangan mengunakan sabun atau hand sanitizer, menjaga jarak aman minimal 2 meter, serta kewajiban mengenakan masker sudah sangat melekat dikehidupan bermasyarakat.

Berbagai negara di seluruh dunia berlomba-lomba untuk menemukan vaksin COVID-19, tidak terkecuali Indonesia. Dikutip dari Detik Health (27/2/2021), terdapat 7 jenis vaksin yang akan digunakan di Indonesia pada masa mendatang yaitu  Oxfovord-AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Pfizer, Sinovac, Novavax, dan vaksin produksi Bio Farma. Sedangkan untuk saat ini yang telah digunakan di Indonesia adalah vaksin Sinovac. Sinovac sendiri merupakan vaksin buatan China yang diproduksi dengan cara melemahkan virus, sehingga diharapkan akan membentuk antibodi atau perlindungan daya tahan di dalam tubuh.

Dilansir dari Kompas.com (2/3/2021), WHO menyebutkan bahwa vaksinasi menyasar kurang lebih 1.500 orang pedagang Tanah Abang dari total 10.000 dosis. Ayako Fukushima memberi penjelasan bahwa mengenai efek samping atau reaksi setelah vaksinasi melalui akun Twitter @WHO , Minggu (21/2/20021), menjelaskan gejala umum yang terjadi, serta tindakan yang dilakukan bila mendapati gejala yang cukup parah. Reaksi umum tersebut, meliputi: nyeri atau kemerahan di sekitar tempat suntikan, demam ringan, kelelahan, sakit kepala, serta nyeri otot atau sendi. Ia menjelaskan bahwa reaksi umum ini hanya berlangsung kurang dari seminggu. Bila lebih dari seminggu efek samping tidak juga hilang, maka perlu segera menemui layanan kesehatan.

Keputusan pemerintah untuk menggunakan vaksin Sinovac sempat mendatangkan pro dan kontra dikalangan masyarakat. Beberapa kalangan meragukan keamanan dan kehalalan vaksin tersebut. Sehingga pada tanggal 21 Februari 2021, UKM KIPM dalam acara Diskusi Bulanan mengadakan sebuah acara diskusi yang membahas mengenai pro dan kontra penggunaan vaksin Sinovac. Salah satu hal yang dibahas pada diskusi tersebut adalah alasan Indonesia memilih vaksin Sinovac, pasalnya terdapat pula beberapa vaksin lain yang dirasa mumpuni untuk digunakan di Indonesia. Selain itu topik lain yang dibahas adalah alasan beberapa kalangan menolak untuk divaksinasi dan penerapan denda bagi masyarakat yang menolak untuk divaksinasi. Peserta diskusi saling beropini dan menaggapi mengenai kebijakan-kebijakan pemerintah tersebut. Ada yang mendukung, namun ada pula yang menolak dengan berbagai alasan dan pertimbangan yang logis.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ILP2MI (Ikatan Lembaga Penalaran dan Penelitian Mahasiswa se-Indonesia)

PROFIL UKM KIPM UPGRIS

Kenali Potensi Serei Sebagai si Tanaman Pengusir Nyamuk