Perdebatan penggunaan sinovac di Indonesia

Covid-19 sudah mewabah di Indonesia sejak maret 2020 lalu. Dikutip dari covid.go.id total pasien covid 19 sebanyak 1.306.141 pada 24 Februari 2021. Meningkatnya jumlah pasien covid-19 ini, menyebabkan Indonesia mengimpor vaksin Sinovac dari China.

Pemilihan vaksin sinovac ini tidak lepas pro dan kontra dalam masyarakat. Tidak sedikit masyarakat yang menolak adanya vaksinasi sinovac ini.

Penolakan vaksin ini karena anggapan keefektivitasannya yang masih diragukan oleh masyarakat. Apakah vaksin ini bisa benar benar menyembuhkan penderita covid atau malah menyerang pasien itu sendiri.

Selain itu, kekhawatiran masyarakat pada efek samping dari vaksin sinovac ini, dengan anggapan  bila efek samping yang ditimbulkan membahayakan malah akan menambah biaya pengobatan.

Adanya praduga mengenai kenapa yang dipilih sinovac yang dari China. Kenapa bukan vaksin lain seperti, Vaksin moderna dari Amerika. Beberapa yang beranggapan demikian merasa bahwa China memanfaatkan keadaan sekarang ini sebagai bisnis baru yaitu dengan penjualan vaksin sinovac.

Alasan lainnya adalah kurangnya pemahan masyarakat mengenai vaksinani ini. Serta banyaknya berita hoaks yang disebarkan luaskan menyebabkan masyarakat memilih menolak vaksinasi sinovac.

Dilain sisi, ada kalangan yang menyetujui penggunaan vaksin sinovac daripada vaksin lainnya. Beberapa masyarakat mengaku tidak keberatan dengan adanya vaksinasi sinovac ini.

Alasannya karena keamanan dari sinovac ini yang sudah dinyatalan aman digunakan. Adanya uji klinis yang dilakukan untuk mengetahui keamanan dan efek sampingnya. Vaksin sinovac sudah mendapatkan izin dari BPOM dan juga vaksin rekomendasi dari WHO.

Efek samping dari vaksin ini juga masih tergolong ringan. Yaitu, nyeri, pegal atau demam. “Misalnya efek samping lokal. Jadi nyeri pada tempat suntikan. Kita kan namanya dimasukin jarum, dimasukkin vaksin, berarti ada reaksi lokal,” jelas Sekretaris Eksekutif Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Dr.dr Julitasari Sundoro, MSc-PH dalam diskusi Tolak dan Tangkal Hoaks yang disiarkan kanal Youtube Forum Merdeka Barat, beberapa waktu lalu.

“Ada juga reaksi sistemik, misalnya pegal-pegal kemudian demam ringan. Tapi itu sangat kecil karena vaksin yang tiba ini adalah vaksin yang inactivated, vaksin yang mati. Jadi efek sampingnya itu jauh lebih kecil dari vaksin-vaksin lain yang live attenuated atau vaksin-vaksin hidup,” lanjutnya.

Uji klinis sudah dilakukan di negara lain. Pemerintah Turki memgaku efektivitas vaksin sinovac mencapai 91 persen pada uji klinis.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ILP2MI (Ikatan Lembaga Penalaran dan Penelitian Mahasiswa se-Indonesia)

PROFIL UKM KIPM UPGRIS

Kenali Potensi Serei Sebagai si Tanaman Pengusir Nyamuk