PEMANFAATAN LIMBAH BATANG POHON PISANG BERBASIS FOODBARS SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL PENGENDALI GULA DARAH




PEMANFAATAN LIMBAH BATANG POHON PISANG BERBASIS FOODBARS SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL PENGENDALI GULA DARAH















Diusulkan Oleh:

Siti Nur Kholishoh
:
16690015/2016


UNIVERSITAS PGRI SEMARANG

SEMARANG

2018



















KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT., Tuhan pemilik semesta alam dan sumber segala pengetahuan atas bimbingan-Nya, sehingga penyusunan dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang bejudul

“PEMANFAATAN LIMBAH BATANG POHON PISANG BERBASIS FOODBARS SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL PENGENDALI GULA DARAH”.

Penyusunan karya tulis ini dimaksudkan untuk mengembangkan pola pemikiran masyarakat tentang pemanfaatan limbah batang pohon pisang serta menimbulkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan. Foodbars berbasis limbah batang pohon pisang merupakan salah satu upaya solutif yang diharapkan dapat mengatasi pencemaran limbah batang pohon pisang serta sebagai makanan penstabil gula darah.

Kami sangat menyadari karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan untuk kesempurnaan dari kekurangan yang ada, sehingga karya tulis ini bisa bermanfaat. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu kami dalam penyusunan karya tulis ilmiah, terkhusus kepada:

1.      Dr. Muhdi, S.H, M.Hum. selaku Rektor Universitas PGRI Semarang

2.      M. Khoiron Ferdiansyah, S.T.P., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing serta Ketua Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Teknik dan Informatika Universitas PGRI Semarang.

3.      Para staf pengajar di fakultas Teknik dan Informatika Universitas PGRI Semarang.

4.      Kedua Orang Tua serta saudara-saudara yang sangat kami cintai atas dukungannya.





iv



5.      Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2016 Fakultas Teknik dan Informatika Universitas PGRI Semarang dan semua pihak yang membantua penyusun dalam menyelesaikan karya tulis ini.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan yang setimpal atas bantuan dan pengorbanan mereka kepada kami dan melimpah rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Amin ya Rabbal Al Amin.



Semarang, 2018





Penyusun











































v






DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA............................................. iii

KATA PENGANTAR...................................................................................................................... iv

DAFTAR ISI......................................................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR........................................................................................................................ vi

ABSTRAK............................................................................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................ 2

1.3 Tujuan dan Manfaat....................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................ 4

2.1 Batang Pisang.................................................................................................................... 4

2.2 Serat Pangan....................................................................................................................... 5

2.3 Foodbars.............................................................................................................................. 6

2.4 Diabetes Melitus............................................................................................................... 7

BAB III METODE PENULISAN............................................................................................. 9

3.1 Sifat Penulisan................................................................................................................... 9

3.2 Metode Perumusan Masalah...................................................................................... 9

3.3 Metode Pengumpulan Data........................................................................................ 9

3.4. Metode Analisis dan Pemecahan Masalah......................................................... 9

BAB IV PEMBAHASAN............................................................................................................ 11

4.1 Proses Pengolahan Foodbars Berbasis Limbah Pohon Pisang................ 11





vi



4.2 Kelemahan dan Kelebihan Foodbars Limbah Batang Pohon Pisang

Ditinjau dari Aspek Sosial Ekonomi................................................................... 14

4.3 Upaya Sosialisasi Foodbars Limbah Pohon Pisang terhadap Penderitaan

Diabetes............................................................................................................................. 15

BAB V PENUTUP............................................................................................................................ 17

5.1 Kesimpulan........................................................................................................................ 17

5.2 Saran..................................................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................... 18

Daftar Riwayat Hidup Dosen Pembimbing........................................................................... 21

Daftar Riwayat Hidup Peserta..................................................................................................... 25












































vii



DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1  Batang Pohon Pisang................................................................................................ 4

Gambar 4.1 Diagram Alir Pembuatan Tepung Batang Pohon Pisang......................... 12

Gambar 4.2 Tepung Batang Pisang.............................................................................................. 12

Gambar 4.3 Diagram Alir Pembuatan Foodbars Berbasis Limbah Batang Pohon

Pisang  13

Gambar 4.4 Foodbars  Berbasis Limbah Batang Pohon Pisang.................................... 13






















































viii



ABSTRAK

Penulisan karya tulis ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah batang pohon pisang sebagai bahan dasar pembuatan foobars. Latar belakang yang mendasari penulisan ini yakni kurangnya perhatian masyarakat terhadap limbah batang pohon pisang. Selama ini limbah batang pohon pisang hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan dibiarkan begitu saja hingga membusuk. Potensi batang pisang sebagai bahan utama pembuatan foodbars ditinjau dari serat kasar sebesar 21,61% serta ekstrak tanpa nitrogen (BETN) sebesar 59,03%. Kandungan serat kasar yang cukup tinggi dapat berperan sebagai penstabil gula darah. Apabila serat kasar dikonsumsi maka didalam tubuh proses pencernaan serat lambat sehingga menurunkan respon insulin yang berdampak pada lambatnya penyerapan glukosa dalam darah. Metode yang digunakan yakni penepungan, pencetakan serta pemanggangan. Manfaat yang diperoleh dari produk ini adalah dapat dijadikan makanan penstabil gula darah dengan harga ekonomis. Produk yang dihasilkan dapat dikonsumsi oleh penderita diabetes melitus. Selain itu, dari aspek sosial mengurangi tingkat pencemaran limbah batang pohon pisang serta upaya pengenalan foodbars dengan cara mengikutkan dalam pameran pangan dan disosialisasikan rumah sakit. Jadi sengan memanfaatkan limbah batang pisang menjadi produk foodbar dapat meminimalisir pencemaran limbah batang pohon pisang.

Kata kunci: foodbars, limbah batang pohon pisang, diabetes melitus.





































ix



BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Limbah merupakan salah satu masalah serius di indonesia. Limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi tempat binatang maupun bakteri pembawa penyakit. Salah satu tanaman di Indonesia yang menghasilkan banyak limbah yaitu pohon pisang. Pohon pisang mudah tumbuh di berbagai tempat serta tahan naungan dan mudah dibudidayakan. Daur hidup pohon pisang sekitar 4-6 tahun, sesudah mencapai batas umur tersebut produktivitasnya akan menurun. Pohon pisang yang tidak dapat berbuah lagi akan ditebang dan biasanya batang pohon pisang tersebut dibiarkan membusuk atau digunakan sebagai pakan ternak. Batang pohon pisang tinggi akan kadar air sehingga proses pembusukannya lebih cepat. Batang pohon pisang yang telah membusuk akan menjadi limbah yang dapat memicu timbulnya bau yang tidak sedap serta dapat menjadi tempat tumbuh bakteri pembawa penyakit.

Pemanfaatan limbah batang pohon pisang di indoneisa masih kurang optimal. Biasanya masyarakat memanfaatkannya sebagai pakan ternak serta media tanam untuk tanaman lain. Padahal batang pohon pisang mengandung banyak nutrisi yang berguna oleh tubuh manusia. Batang pisang mengandung senyawa karbohidrat yang cukup baik, kandungan serat kasarnya sebesar 21,61% serta ekstrak tanpa nitrogen (BETN) sebesar 59,03%.

Dewasa ini, masyarakat Indonesia banyak yang mengkonsumsi makanan tanpa memperhatikan nilai gizi dan mutu pada makanan tersebut. Akibatnya, banyak masyarakat yang mengalami gangguan kesehatan, misalnya tingginya kadar gula darah. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh kadar gula darah yang tinggi adalah diabetes melitus.

Penyakit diabetes melitus (DM) merupakan penyakit tidak menular yang mengalami peningkatan terus menurus dari tahun ke tahun. Meskipun penyakit diabetes melitus bukanlah penyakit yang berdampak langsung pada kematian akan tetapi jika dibiarkan dalam jangka waktu panjang dan tidak



ditangani dengan benar maka akan menyebabkan komplikasi hingga kematian. Diabetes melitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan oleh

gangguan   sekresi   insulin   ataupun   risentasis    insulin   maupun   keduanya.

Hiperglikemia          yang    berlangsung    lama    (kronik)    pada    tubuh     akan

menyebabkan gangguan fungsi berbagai organ terutama mata, organ, ginjal, syaraf, jantung serta pembuluh darah lainnya. Hal inilah yang menyumbang tingkat kematian terbesar di Indonesia (suastika, 2011).

Perubahan pola makan yang serba instan yang mengandung banyak gula, tinggi lemak dan protein serta tidak diimbangi dengan olahraga yang cukup mampu meningkatkan jumlah penderita obesitas. Kondisi tersebut harus dikendalikan sebab dapat menimbukan penyakit yang beragam seperti diabetes melitus. Berdasarkan survey organisasi kesehatan WHO memperkirakan pravelensi global diabetes melitus akan meningkat dari 171 juta orang pada tahun 2000 menjadi 366 juta orang tahun 2030 (Depkes, 2008). Sekitar 60% jumlah pasien tersebut terdapat di Asia (Mahendra,2008). Indonesia berada pada peringkat ke-4 terbanyak kasus diabetes melitus di Dunia. Pada tahun 2000 di Indonesia terdapat 8,4 juta penderita diabetes melitus dan diperkirakan akan menjadi 21,3 juta pada tahun 2030 (Soegondo dan sukardji, 2008). Oleh karena itu dibutuhkan makanan alternatif yang mampu berperan sebagai penstabil gula darah yaitu foodbars.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penulisan karya tulis ilmiah ini adalah:

1.    Bagaimana proses pengolahan foodbars limbah batang pisang sebagai penstabil gula darah?

2.    Bagaimanakelemahan dan kelebihan foodbars limbah batang pohon pisang ditinjau dari aspek sosial ekonomi?

3.    Bagaimanaupaya sosialisasi foodbars limbah batang pisang terhadap penderita diabetes melitus?






2



1.3 Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dan manfaat dari penulisan karya tulis ini yaitu:

1.    Untuk mengetahui dan memberikan informasi proses pengolahan foodbars limbah batang pohon pisang sebagai penstabil gula darah.

2.    Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan foodbars limbah batang pohon pisang ditijau dari aspek sosial ekonomi.

3.    Untuk mengetahui upaya sosialisasi foodbars limbah batang pohon pisang terhadap penderita diabetes melitus.




















































3



BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batang Pisang

Tanaman pisang merupakan tanaman yang banyak ditemukan di daerah beriklim tropis. Batang tanaman pisang yang tidak terpakai menjadi sampah dan hingga kini belum terdapat penanganan dan teknologi sederhana yang digunakan untuk mendaur ulang limbah batang pisang ini. Batang pisang merupakan salah satu hasil ikutan pertanian/perkebuanan yang dihasilkan dari tanaman pisang yang telah dipanen yang dapat dijadikan sebagai pakan alternatif (Advena, 2014).

Batang pisang adalah limbah dari tanaman pisang yang telah ditebang untuk diambil buahnya dan merupakan limbah pertanian potensial yang belum banyak pemanfaatannya. Batang pisang tinggi akan serat dan merupakan jenis serat yang berkualitas baik (Rahman, 2009). Kandungan nilai gizi dari batang pohon pisang adalah bahan kering 8,62%, abu 24,31%, protein kasar 4,81%, serat kasar 27,73%, bahan ekstrak tanpa nirogen (BETN) 40,61%, hemiselulosa 20,34%, selulosa 26,64% dan lignin 9,92% (Hasrida, 2011). Kadar air yang tinggi pada batang pisang dapat menyebabkan cepat mengalami pembusukan. Batang pisang harus diolah agar nutrisinya bagus dan awet, solusinya yaitu menggunakan fermentasi (Dhalika, 2014).












Gambar 2.1 Batang pohon pisang
Sumber: Helmi Ade Saputra, 2016









4



2.2 Serat Pangan

Serat pangan (dietary fiber) merupakan bagian tumbuhan yang dapat dikonsumsi dan tersusun dari karbohidrat yang memiliki resisten terhadap proses pencernaan dan penyerapan di usus halus manusia serta mengalami fermentasi sebagian atau keseluruhan di usus besar. Pendapat lain mengungkapkan bahwa serat pangan adalah bagian dari bahan pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh enzim pencernaan (Deddy, 2001). Sedangkan menurut Meyer (2004) mendefinisikan serat sebagai bagian integral dari bahan pangan yang dikonsumsi sehari-hari dengan sumber utama dari tanaman, sayur-sayuran, sereal, buah-buahan, dan kacang-kacangan. Contoh serat antara lain meliputi hemiselulosa, selulosa, lignin, oligosakarida, pektin, gum, dan lapisan lilin (Anik Herminingsih, 2010).

Berdasarkan kelarutannya serat pangan terbagi menjadi dua yaitu serat pangan yang larut dan tidak larut.

a.    Serat pangan larut (soluble dietary fiber) terdiri dari gum dan pektin merupakan bagian dalam dari sel pangan nabati. Serat pangan yang larut ini banyak ditemukan pada buah dan sayur.

b.    Serat pangan tak larut (insoluble dietary fiber) terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin, yang banyak ditemukan pada serealia, kacang-

kacangan dan sayuran.

Didasarkan pada fungsinya di dalam tanaman, serat dibagi menjadi fraksi utama, yaitu

a.  Polisakarida struktural yang terdapat pada dinding sel, yaitu selulossa, hemiselulosa dan substansi pektat.

b.    Non-polisakarida struktural yang sebagian besar terdiri dari lignin.

c.    Polisakarida non-struktural, yaitu gum dan agar-agar (Feri Kusnandar, 2010).

Serat makanan mempunyai sifat fisik dan kimia yang berbeda-beda yang menentukan reaksi fisiologis yang dihasilkan dari sumber serat tersebut di dalam makanan (Schneemann, 2006). Empat sifat fisik yang dihubungkan dengan reaksi biologis dari berbagai jenis sumber serat makanan antara lain:

1.    Sifat fisik dapat didegradasi oleh bakteri usus



5



2.    Sifat mengikat bahan organik lain

3.    Kapasitas pertukaran ion dan kapasitas pengikat air (WHC) yang dihubungkan dengan viskositas

4.    Molekulnya berbentuk polimer dengan ukuran besar, strukturnya kompleks, banyak mengandung gugus hidoksil dan kapasitas pengikat airnya besar (Inglett dan Fakehag, 1979).

2.3 Foodbars

Foodbars merupakan pangan berkalori tinggi yang dibuat dari campuran bahan pangan (blended food), diperkaya dengan nutrisi, kemudian dibentuk menjadi bentuk padat dan kompak (a food bar form). Foodbars dikemas dalam bentuk kecil untuk mempermudah pendistribusiannya. Foodbars yang dijual di pasaran biasanya terbuat dari tepung terigu (gandum) dan tepung kedelai yang merupakan komoditas import Indonesia. Jenis produk ini dapat dibuat dengan menggunakan tepung tapioka dan kacang hijau untuk memanfaatkan potensi lokal yang ketersediaannya melimpah, sehingga mudah didapatkan (Taufik, 2011).

Foodbars adalah produk pangan padat yang berbentuk batang dan merupakan campuran dari berbagai bahan kering seperti sereal, kacang-kacangan, buah-buahan kering yang digabugkan menjadi satu dengan bantuan binder. Foodbars dapat dikonsumsi sebagai makanan siap saji yang memenuhi kebutuhan enargi harian manusia. Foodbars juga dapat digunakan sebagai salah satu makanan darurat (emergency food) bagi masyarakat Indonesia yang berada di daerah bencana (Nidha, 2014).

Foodbars atau produk pangan darurat harus memenuhi 2100 kkal dengan kandungan protein 7-12% dari total kalori, dan lemak 35-45%. Total kalori tersebut dapat dibagi dalam sembilan bar dimana setiap bar sama dengan dua porsi dan setiap porsi menghasilkan 116 kkal. Total berat keseluruhan (2100 kkal) kira-kira 450 gram atau 50 gram/bar. Terdapat lima karakter yang harus ada pada foodbars, yaitu aman, rasa dapat diterima, mudah dibagikan, mudah digunakan, zat gizi lengkap (Zoumas et al., 2002).







6



2.4 Diabetes Melitus

Diabetes melitus (DM) atau sering disebut diabetes merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah. Insulin yang dilepaskan ke dalam darah akan menurunkan konsentrasi glukosa darah dengan menstimulasi pemakaian glukosa di jaringan otot dan lemak, serta menekan produksi glukosa oleh hati. Insulin diproduksi oleh sel

β      pankreas. Jika terjadi kelainan insulin pada sel β pankreas akan menyebabkan produksi insulin teganggu bahkan berhenti. Defisiensi insulin ini akan menyebabkan hiperglikemia yang akan mengurangi kemampuan metabolisme karbohidrat dan terjadilah diabetes melitus (Soewolo, 2000).

Klasifikasi diabetes melitus menurut persatuan diabetes amerika (ADA) yaitu diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, diabetes yang berhubungan dengan penyakit, diabetes gestasional, diabetes yang berhubungan dengan malnutrisi.

a.       Diabetes melitus tipe 1 (insulin-dependent),

Diabetes tipe 1 ini tergantung dengan suntikan insulin. kebanyakan penderitannya masih muda dan tidak gemuk. Pada tipe ini terjadi kerusakan sel β pankreas oleh karena itu menyebabakan defisiensi insulin yang absolut.

b.      Diabetes melitus tipe 2  (non-insulin-dependent)

Diabetes tipe 2 ini tidak bergantung pada insulin. Kebanyakan muncul pada penderita di atas usia 40 tahun dan disertai dengan kegemukan. Pada tipe ini penderita mengalami gangguan metabolik terhadap kerja insulin dan kekurangan insulin relatif oleh sel β pankreas.

c.       Diabetes melitus gestasional

Tipe diabetes ini biasanya terjadi pada wanita yang sedang hamil. Diabetes gestasional dimulai saat tubuh tidak dapat menggunakan semua insulin yang dibutuhkan pada waktu kehamilan. Tanpa insulin yang cukup, glukosa tidak bisa diubah menjadi energi sehingga akan terjadi peningkatan kadar insulin.





7



d.      Diabetes tipe khusus

Tipe diabetes tipe khusus yaitu kerusakan genetik beta, kerusakan genetik insulin, penyakit eksokrin, penyakit pankreas, endokrino pati, karena obat atau zat kimia, karena infeksi dan sindrom genetik lain

yang berkaitan dengan diabetes melitus (Ganong, 2002).

Faktor risiko diabetes melitus dikelompokkan menjadi faktor resiko yang dapat dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah ras, etnik, umur, jenis kelamin, riwayat keluarga dengan diabetes melitus, riwayat melahirkan bayi denagn berat lebih darri 4000 gram, dan riwayat lahir dengan berat badan rendah (kurang dari 2500 gram). Sedangkan faktor resiko yang dapat dimodifikasi erat kaitannya dengan perilaku hidup yang kurang sehat, yaitu berat badan lebih, obesitas abnormal/sentral, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemia, diet tidak sehat/tidak seimbang, riwayat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Gula Darah Puasa terganggu (GDP terganggu), dan merokok (Depkes, 2008).






































8






BAB III

METODE PENULISAN

3.1 Sifat Penulisan

Penulisan ini bersifat diskriptif dan paparan, yaitu dengan menjelaskan proses pembuatan, bagaimana aspek sosial ekonomi serta upaya pengenalan dan sosialisasi foodbars berbasis limbah batang pohon pisang.

3.2 Metode Perumusan Masalah

Perumusan masalah dimulai dengan memaparkan tentang bagaimana proses pengolahan foodbars limbah batang pisang sebagai penstabil gula darah, kelemahan dan kelebihan foodbars limbah batang pohon pisang ditijau dari aspek sosial ekonomi, upaya sosialisasi foodbars limbah batang pisang terhadap penderita diabetes melitus.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Berdasarkan konsep berpikir di atas, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1.    Perumusan masalah.

2.    Penentuan ruang lingkup masalah.

3.    Penentuan kata kunci untuk mempersempit objek pencarian data.

4.    Penelusuran dan pencarian data.

5.    Pengumpulan data dan materi penunjang variabel.

6.    Penyortiran yang relavan dan pengkomusikasian data.

3.4 Metode Analisis Dan Pemecahan Masalah

Analisis dilakukan dengan 2 metode:

1.    Metode deskriptif, dengan menganalisis data atau informasi dan memberikan prediksi gambaran mengenai masalah yang akan dibahas.

2.    Metode deduktif, yaitu melalui proses analisis data atau informasi dengan memberikan argumentasi melalui berpikir logis dan bertitik tolak pada pernyataan bersifat umum menuju suatu kebenaran yang bersifat khusus berdasarkan teori dan konsep.




9



Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan studi silang (cross link) antara data-data yang terkumpul dengan teori dan konsep yang relevan. Berdasarkan studi silang ini, dapat diambil inti utama yang kemudian diramu menjadi suatu kesimpulan yang diperkuat dengan saran dan harapan yang diakaitkan dengan kondisi akhir pemecahan masalah.



























































10



BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Proses pengolahan foodbars berbasis limbah batang pohon pisang

Proses pengolahan limbah batang pisang masih jarang ditemukan di Indonesia. Sebagian besar limbah tersebut hanya dibiarkan begitu saja. Pemanfaatan limbah batang pisang yang sudah ada biasanya digunakan sebagai pakan ternak ataupun media tanam. Padahal manfaat yang terkandung dalam batang pohon cukup berpotensi untuk diolah menjadi produk pangan. Kandungan serat yang tinggi pada batang pohon pisang berguna sebagai penstabil gula darah dalam tubuh. Berikut adalah alat, bahan serta cara pengolahan foodbars limbah batang pohon pisang. Bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan foodbars limbah batang pohon pisang adalah sebagai berikut: tepung tapioka, limbah batang pisang bagian dalam, kacang merah, kersen kering, selai pisang, margarin, gula halus, telur, CMC. Alat-alat yang digunakan: timbangan analitik, blender, ayakan 80 mesh, mixer, oven, loyang, baskom plastik, sendok teh dan spatula.

Tahap pembuatan tepung limbah batang pisang sebagai berikut: batang pisang disortasi, direndam air kapur semalaman, dikeringkan, dihaluskan menggunakan blender, kemudian diayak menggunakan ayakan 80 mesh. Tahap pembuatan foodbars sebagai berikut : Tepung tapioka dan tepung batang pisang ditimbang sesuai rasio, margarin 20% (b/b), gula halus 15% (b/b) telur 8,50% (b/b) susu bubuk 5% (b/b) dan air 10 ml serta CMC sesuai proporsi. Tambahkan bahan tambahan kacang merah, kersen kering, selai pisang. Homogenisasi dengan menggunakan mixer kecepatan rendah sampai adonan tercampur rata. Pencetakan adonan berbentuk persegi panjang, kemudian disusun diatas loyang. Pemanggangan dengan menggunakan oven pada suhu 1600 C selama 40 menit.











11






Tahap pembuatan tepung limbah batang pisang

Batang pisang


Pemilihan



Perendaman dengan air

kapur



Pengeringan



Penghalusan

menggunakan blender



Pengayakan (80 mesh)



Hasil



Gambar 4.1 Diagram alir pembuatan tepung batang pohon pisang














Gambar 4.2 Tepung batang pohon pisang

Sumber: Maritsa itsa, 2017









12






Tahap pembuatan foodbars

Tepung tapioka dan tepung batang pisang

Penimbangan sesuai rasio



Penimbangan (margarin 20% ,gula halus 15%,

telur 8,50%, susu bubuk 5% (b/b))



Penimbangan air 10 ml + CMC

sesuai proporsi

kacang merah,
kersen kering, Homogenisasi selai pisang

Pencetakan adonan persegi panjang


Penyusunan diatas loyang



Pemanggangan



Hasil



Gambar 4.3 Diagram alir pembuatan foodbars berbasis limbah pohon pisang













Gambar 4.3 Foodbars berbasis limbah pohon pisang

Sumber: Eva Lana, 2017

13



4.2 Kelemahan dan Kelebihan Foodbars Limbah Batang Pohon Pisang

Ditinjau dari Aspek Sosial Ekonomi

Foodbars merupakan salah satu makanan ringan berbentuk batangan yang memiliki kandungan gizi tinggi. Foodbars biasanya berbahan dasar sereal atau kacang-kacangan, akan tetapi limbah batang pohon pisang dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan foodbars. Ditinjau dari aspek sosial limbah batang pohon pisang merupakan salah satu masalah yang timbul dalam masyarakat, sebab pisang adalah salah satu komoditi terbesar di Indonesia. Oleh karena itu, pemanfaatan batang pohon pisang yang digunakan sebagai pangan fungsional berbasis foodbars bagian solusi dari mengurangi persoalan limbah yang ada pada masyarakat.

Penyakit diabetes melitus merupakan penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan oleh gangguan sekresi insulin ataupun resintesis insulin maupun keduanya. Dalam penyembuhan penyakit diabetes melitus tergantung dengan jenis type diabetes yang diderita oleh pasien. Seperti pada diabetes melitus type 1, apabila penderita sudah terindikasi mengidap diabetes melitus tipe 1 dapat diobati dengan pemberian terapi insulin yang dilakukan secara terus-menurus secara berkesinambungan serta diusahakan melakukan pengontrolan kadar gula darah. Selain itu, jika ada riwayat keluarga yang mengidap penyakit diabetes melitus sebaiknya melakukan test gula darah sebagai salah satu cara pencegahan. Sedangkan pada diabetes melitus tipe 2 pengontrolan yang digunakan yakni diet, penurunaan berat badan serta pemberian tablet diabetik. Apabila dalam pemberian tablet diabetik dirasa kurang maksimal terhadap respon level gula dalam darah, maka tahap selanjutnya dapat dipertimbangkan penderita diabetes melitus diberikan suntikan hormon insulin.

Penyembuhan dengan menggunakan suntikan insulin mengeluarkan biaya yang tidaklah sedikit. Selain itu injeksi insulin ini memiliki dampak yang negatif bagi penderita diabetes, apabila terus-menerus dilakukan maka akan berdampak negatif pada penderita seperti hipoglikemia, edema insulin, alergi pada kulit, lipoatrofi serta penyempitan dan pergeseran pembuluh darah. Hal tersebut bisa terjadi apabila dalam pemberian suntikan hormon insulin



14



secara terus menerus terhadap pasien kurang anjuran dokter.


dan  dalam  proses  penyuntikan  dosis  yang  diberikan serta frekuensi penyuntikan yang harus sesuai dengan



Ditinjau dari aspek ekonomi, produk foodbars berbasis limbah batang pohon pisang bisa dijadikan alternatif makanan bagi penderita diabetes, sebab foodbars berbahan dasar limbah batang pohon pisang mengadung serat yang tinggi. Mekanisme serat terhadap penurunan kadar glukosa darah pada penderita diabetes melitus tipe II dipengaruhi oleh penyerapan karbohidrat di dalam usus. Semakin rendah karbohoidrat yang dapat diserap oleh tubuh maka semakin rendah kadar glukosanya, hal ini dapat menurunkan kadar efisiensi penyerapan karbohidrat yang dapat menyebabkan menurunnya respon insulin. Apabila respon insulin menurun, maka kerja pankreas akan semakin ringan sehingga dappat memperbaiki fungsi pangkreas dalam memproduksi insulin (Astawan dan Tutik, 2012).

Pengaruh serat dalam penurunan kadar glukosa darah terjadi di dalam lambung, baik serat larut air maupun serat tidak larut air mempunyai kemampuan untuk mengisi lambung. Sehingga dapat menimbulkan rasa kenyang yang lebih lama dan keterlambatan penyimpanan zat gizi menuju ke usus halus. Selanjutnya jenis serat yang larut dalam air dapat meningkatkan kekentalan isi dalam usus halus akibatnya terjadi penurunanan aktivitas enzim amilase serta dapat memperlambat penyerapan glukosa. Kemudian secara tidak langsung dapat menurunkan kecepatan difusi pada permukaan mukosa usus halus sehingga mengakibtkan terjadinya penurunan kadar glukosa darah (Budiyanto, 2002).

4.3 Upaya Sosialisasi Foodbars Limbah Batang Pohon Pisang Terhadap

Penderita Diabetes

Promosi adalah menyampaikan informasi mengenai spesifikasi produk, terutama yang menyangkut keunggulan-keunggulan komperatif yang dimiliki oleh suatu produk kepada para calon kosumen (Baswir, 2000). Selain kewajiban produsen untuk menciptakan produk baru yang lebih unggul, kegiatan promosi diperlukan dalam memudahkan jalannya suatu produk diterima oleh konsumen pasar. Manfaat lain dari promosi adalah


15



menyebarluaskan informasi tentang kehadiran produk, ketersediaan produk, ciri-ciri serta manfaat yang diperoleh oleh para calon pengguna. Dalam aplikasinya kegiatan promosi suatu produk memerlukan strategi yang tepat. Promosi suatu barang atau produk harus disampaikan dengan keadaan sebenarnya dan semenarik mungkin agar para konsumen tertarik pada produk yang dipromosikan.

Produk foodbars berbasis limbah batang pisang dipromosikan dengan cara mengikuti pameran produk pangan. Pengertian pameran menurut Sulaiman (1988) adalah penyajian visual dengan benda-benda dua dimensi dan tiga dimensi, dengan tujuan menyampaikan ide atau informasi kepada banyak orang. Produk foodbars berbasis limbah batang pisang yang diikutkan pameran bertujuan untuk memperkenalkan produk tersebut dikenal masyarakat luas. Pengunjung pameran yang datang mayoritas adalah orang– orang yang tertarik dengan tema pameran yang diadakan dan berniat untuk membeli dan menggunakan suatu peroduk atau jasa dipameran tersebut. Meskipun pameran hanya berlangsung dalam jangka waktu singkat, namum peluang pengenalan produk foodbars berbasis limbah batang pisang sangat terbuka lebar untuk lebih dikenal masyarakat umum.

Cara pengenalan produk foodbars berbasis limbah batang pisang selain diikutkan pameran juga bisa dilakukan dengan sosialisasi produk tersebut ke rumah sakit. Hal ini bisa dijadikan makanan alternatif pasien penderita diabetes melitus. Kelebihan yang dimiliki produk ini adalah bisa menekan biaya pengeluaran dari pada menggunakan injeksi atau suntik insulin pada penderita diabetes melitus. Selain mahalnya injeksi insulin yang memerlukan alat-alat khusus dan banyak, produk foodbars ini lebih simple dan instan dalam mengkonsumsinya. Sehingga produk tersebut bisa dijadikan diet pasien diabetes melitus dengan harga yang lebih ekonomis.













16



BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya kesimpulan penulisan karya tulis ini adalah:

1.      Proses pembuatan foodbars menggunakan metode penepungan batang pohon pisang kemudian pencampuran dengan bahan tambahan (kersen, selai pisang, gula halu, telur, kacang merah, margarin), pencetakan dan pemanggangan dengan suhu 160o C selama 40 menit.

2.      Ditinjau dari aspek sosial mengurangi tingkat pencemaran limbah batang pohon pisang, sedangkan dari aspek ekonomi foodbars dapat digunakan sebagai makanan alternatif penderita diabetes.

3.      Upaya pengenalan foodbars dengan cara mengikutkan dalam pameran pangan serta sosialisasi ke rumah sakit.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran karya tulis ini sebagai berikut:

1.      Diharapkan ada penelitian lebih lanjut mengenai foodbars berbasis batang pohon pisang.

2.        Masyarakat diharapkan perduli terhadap kesahatan dan lingkungan.




























17



DAFTAR PUSTAKA

Advena, D, 2014, Fermentasi batang pisang menggunakan probiotik dan lama inkubasi berbeda terhadap perubahan kandungan bahan kering protein kasar dan serat kasar, Jurnal, Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Taman siswa, Padang.

Al Amin, M.D, M.R Karim, M.R. Amin, S. Rahman dan N.M Mamun, 2009, „In Vitro Micropropagation of Banana (Musa spp)’, Bangladesh, Agril.Res, vol. 34, no. 4, hh. 645-659.

Astawan, M & Tutik, W, 2012, Diet Sehat dengan Makanan Bersera, Edisi 5, Solo, Tiga Serangkai.

Budiyanto, 2002, Gizi dan Kesehatan, Malang, Bayu Media dan UMM Press.

Departemen Kesehatan, 2008, Metode Pencegahan dan Penanggulangan Faktor Risiko Diabetes Melitus, Jakarta, Depkes RI.

Dhalika, T, A. Budiman, B. Ayuningsih dan Mansyur, 2014, Nilai Nutrisi Batang Pisang dari Produk Bioproses (Ensilage) sebagai Ransum Lengkap’, Jurnal Ilmu Ternak, vol. 11, no. 1, hh. 17-23.


Eva  Lana,  2017,  7  Foods  With  Hidden  Sugar  (And  How  To  Avoid  Them),

BUILTLEAN LLC, Diakses 2 Februari 2018, <https://www.builtlean.com/2016/04/21/hidden-sugar-foods/>.

Fai,Vincent Tok, Chandra, Manoj, Suastika, and Ketut, 2011, „First Insulinization With Basal Insullin Inpatiens With Type 2 Diabetes In A Real-World Setting In Asia’, Journal of Diabetes, vol. 3, no. 1, hh. 208-216.

Feri Kusnandar, 2010, Mengenal Serat Pangan, Diakses 27 Januari 2018, <http:/ /itp.fateta.ipb.ac.id>.

Ganong,   W.F, 2002, Buku Ajar fisiologi Kedokteran (Review of Medical Physiologi), Ed ke-4, Terjemahan P Adianto, Jakarta, EGC.

Hasrida, 2011, Pengaruh Dosis Urea dalam Amoniasi Batang Pisang terhadap Degradasi Bahan Kering, Bahan Organik dan Protein Kasar Secara In Vitro, Skripsi, Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang.

Helmi Ade Saputra, 2016, 7 khasiat Batang Pohon Pisang Bagi Kesehatan, Lifestyle Okezone MNC Media, Diakses tanggal 2 Februari 2018, <https://lifestyle.okezone.com/read/2016/04/27/481/1373595/7-khasiat-batang-pisang-bagi-kesehatan>.

Herminingsih, Anik, 2010, Manfaat Serat dalam Menu Makanan. Universitas Mercu Buana. Jakarta.




18



Inglett,  G.E  and  I.  Fakehag,  1979,  Dietary  Fiber,  Chemistry  and  Nutrition.

Academic Press, New York.

Kusnandar,   Feri,    2010,    Mengenal    Serat    Pangan,    http://itp.fateta.ipb.ac.id.

Diakses pada tanggal 27 Januari 2018.

Ladamay, Nidha Arfa, dan Sudarminto Setyo Yuwono, 2014, „Pemanfaatan Bahan Lokal dalam Pembuatan Foodbars (Kajian Rasio Tapioka : Tepung Kacang Hijau dan Proporsi Cmc)’, Jurnal Pangan dan Agroindustr, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya Malang, vol. 2, no.1, hh.67-78.

Mahendra B, Krisnatuti D, Tobing A, & Alting AZB, 2008, Care Yourself, Diabetes Mellitus, Jakarta, Penebar Plus.

Maritsa itsa, 2017, Tepung Pisang Berkualitas Tersertifikasi, Gedhang Banana


Meyer,     V.R, 2004, Practical High-Performance Liquid Chromatography, Chichester, John Wiley and Sons Inc.

Muchtadi, Deddy, 2001, „Sayuran sebagai Sumber Serat Pangan untuk Mencegah Timbulnya Penyakit Degeneratif’, Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. vol. 12, no. 1, hh. 452-478.

Rahman,  Taufik, Rohmah Luthfiyanti, dan Riyanti Ekafitri, 2011, „Optimasi Proses Pembuatan Food Bar Berbasis Pisang’, Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sains, Teknologi, dan Kesehatan, Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna-Lipi, Universitas Islam Bandung, vol. 2, no.1, hh. 2089-3582.

Revrisond,   Baswir,    2000,   Akuntansi    Pemerintahan   Indonesia,    Yogyakarta,
BPFE.

Soegondo S. & Sukardji K, 2008, Hidup Secara Mandiri dengan Diabetes Melitus Kencing Manis Sakit Gula, Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Soewolo, 2000, Pengantar Fisiologi Hewan, Jakarta, Publiser.

Sulaiman, Amir Hamzah, 1988, Media Audio-Visual untuk Pengajaran, Penerangan dan Penyuluhan, Jakarta, Gramedia.

Thiery, R., J. Cozien, J. Cabon, F. Lamour, M. Baud and A. Schneemann, 2006, „Induction of a protective immune response against Viral Nervous Necrosis in the European Sea Bass Dicentrarchus labrax by using betanodavirus virus-like particle’, Journal of Virology, vol. 80, no. 1, hh. 10201-10207.


19



Zoumas, B.L, Armstrong, J.R, Backstrand, W.L, Chenoweth, P, Chinachoti, B.P, Klein, H.W, et al, 2002, „Highenergy Nutrient-dense Emergency Relief Product’, Food and Nutrition Board, Institute of Medicine, National Academy Press, Washington.
































































20


Komentar

Postingan populer dari blog ini

ILP2MI (Ikatan Lembaga Penalaran dan Penelitian Mahasiswa se-Indonesia)

PROFIL UKM KIPM UPGRIS

Kenali Potensi Serei Sebagai si Tanaman Pengusir Nyamuk