Media Sosial, Penyedia Informasi Sekaligus Penyebar Hoax

         Media sosial merupakan media daring yang memudahkan penggunanya melakukan interaksi online tanpa batas ruang dan waktu. Media ini, sudah biasa digunakan para pengguna ponsel pintar. Banyak pengguna ponsel yang akhirnya tidak bisa lepas dari ponselnya karena terlalu asyik berselancar di media sosial. Hal tersebut menyebabkan ketergantungan seseorang, termasuk remaja dan anak-anak pada ponsel dan ber-sosial media.

Media sosial memang memiliki dampak positif. Contohnya, orang yang jauh maupun belum mengenal bisa dengan mudah berinteraksi. Semakin luas jangkauan seseorang, semakin luas pula interaksi yang dapat dilakukan. Pada masa pandemi, dimana semua kegiatan dilakukan di rumah menyebabkan penggunaan media sosial mulai meningkat. Banyak tayangan edukasi muncul di media sosial yang membantu seseorang dalam mempelajari ilmu baru atau mempelajari materi dengan mudah.

Media sosial dapat mempermudah penggunanya mengetahui berita terbaru. Sistemnya yang mudah disebarkan sehingga kita selalu up to date dengan hal baru termasuk berita populer maupun tren yang sedang terjadi. Adanya penyebaran informasi yang cepat tanpa batas ruang dan waktu menyebabkan masyarakat cepat juga menerima informasi. Itulah beberapa manfaat dari sosial media, namun ada juga dampak yang merugikan dari penggunaan media sosial.

Media sosial memang dapat menyebarkan informasi dengan cepat, di sisi lain berita maupun informasi yang muncul masih belum dipastikan kebenarannya. Berita yang belum tentu benar atau berita hoax dapat mempengaruhi persepsi masyarakat. Contohnya berita bahwa covid-19 bukan virus berbahaya, tapi hanya buatan para kaum elit. Tapi pada kenyataannya virus ini ada dan sudah ratusan bahkan jutaan korban yang terinfeksi dan meninggal.

Selain hoax, kurangnya proteksi orang dewasa terhadap anak-anak ketika bermain media sosial menyebabkan mereka berkemungkinan menonton hal-hal yang bukan tontonan bagi mereka sepertihalnya situs-situs porno. Dimana pada usia yang masih dini ini, anak-anak cenderung suka menirukan apa yang mereka lihat. Selain itu, ketergantungan media sosial juga membuat anak-anak sulit dalam bersosialisasi dengan teman sebaya sehingga mereka menjadi kuper (kurang pergaulan). Di media sosial biasanya juga berisi meme yang kadang menampilkan kata-kata kotor dan gambar/vidio dewasa yang kurang bagus untuk dilihat anak-anak. Sehingga beberapa media sosial sudah dilengkapi dengan filter untuk memproteksi isi konten dewasa, sepertihalnya pada Instagram.

Namun pada kenyataannya, filter pada beberapa sosial media masih dianggap kurang efektif karena hanya filter konten dewasa. Meski terdapat filter sekalipun anak-anak masih bisa mengakses konten tersebut. Kurangnya pengawasan orang tua menjadi salah satu faktor anak-anak asal-asalan membuka situs. Beberapa orang tua yang sibuk malahan memberikan ponsel pada anak yang rewel. Hal tersebut menumbuhkan pola pikir anak bahwa mereka hanya butuh ponsel dan sosial media. Pola asuh orang tua dapat mempengaruhi bagaimana anak ber-sosial media.

Media sosial memang memiliki dampak positif, tapi dampak negatif juga pasti ada. Media sosial dapat menjadi sumber informasi jika digunakan dengan benar. Tetapi juga bisa disalah gunakan oleh beberapa orang yang tak bertanggung jawab. Jadi pengguna yang cerdas adalah orang yang tidak asal menyebarkan informasi sembarang tanpa sumber dan isi berita yang jelas. Menjadi orang cerdas bermedia dapat memaksimalkan fungsi dari media sosial.

Selain itu, sebagai orang dewasa kita harus tetap mengawasi anak-anak/ adik-adik kita dalam bermedia sosial, terapkan pola asuh dengan baik sehingga mereka tidak kecanduan bermain sosial media. Tumbuh kembang mereka akan semakin baik jika mereka lebih aktif bergerak dengan teman sebaya tanpa ponsel.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ILP2MI (Ikatan Lembaga Penalaran dan Penelitian Mahasiswa se-Indonesia)

PROFIL UKM KIPM UPGRIS

Kenali Potensi Serei Sebagai si Tanaman Pengusir Nyamuk