Are You Ready for New Normal ?
Are You Ready for New Normal ?
Tahun 2020, dunia mendapat ancaman yang sangat serius.
Pandemi yang disebabkan oleh virus Sars-Cov dan menimbulkan COVID-19
hingga saat ini belum juga reda. Penyebaran COVID-19 sulit diputus, mengingat
mutasinya begitu cepat dan dapat menimbulkan varian baru. Keresahan mulai
dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat karena berdampak pada segala bidang.
Sehingga pemerintah merencanakan era normal baru sebagai upaya pemulihan.
Era new normal atau normal baru diartikan secara
istilah merupakan perubahan tradisi pola atauupun gaya hidup normal yang baru
bagi individu ataupun kelompok dalam menjalankan kehidupan. Era normal baru
menjadi topik yang masih hangat dibicarakan oleh banyak orang, mengingat wabah
pandemic COVID-19 yang terus memberikan dampak terhadap hampir di setiap lini
kehidupan. Era new normal yang juga merupakan era yang beriringan dimana
masyarkat sosial yang memiliki pandangan dan nilai-nilai baru (Fukuda, 2020).
Sehingga perkembangan era yang semakin dinamis memberikan efek yang signifikan
bagi setiap aspek kehidupan.
Dilansir dari Kompas.com, Menteri Koordinator Bidang
Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan alasan bahwa
sampai saat ini pemerintah belum dapat memastikan kapan era normal baru di
terapkan secara pasti. Ia mengatakan, keputusan berlakunya era normal baru
tidak dapat dipatok berdasarkan tanggal pasti, tetapi berdasarkan angka dan
kurva kasus COVID-19.
Dalam menjalankan kenormalan baru ada beberapa aspek yang
disorot pemerintah diantaranya adalah aspek kesehatan, ekonomi, dan pendidikan.
Ketiga aspek ini dinilai penting untuk disoroti karena diantara aspek yang lain
dampak penurunan kredibilitasnya paling drastis. Namun penerapan new normal
tidap dapat dilaksanakan secara sembarangan. Masyarakat Indonesia tetap harus
menjalankan protokol kesehatan agar terhindar dari COVID-19. Bahkan Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan beberapa kriteria bagi negara-negara yang
ingin menerapkan normal baru.
Kriteria pertama dalam menjalankan era new normal. Transmisi
COVID-19 telah terkontrol. Pandemi ini akan hilang, tapi virusnya tidak akan
pernah hilang. Kriteria kedua, kapasitas sistem kesehatan mampu untuk
mendeteksi, menguji, mengisolasi, dan menanggapi setiap kasus, serta menulusuri
kontak, hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko wabah pada tempat beresiko
tinggi, sperti fasilitas kesehatan, rumah lansia, dan pemukiman padat. Poin ini
disampaikan oleh Dokter Spesialis Paru RSUP persahabatan, Erlina Burhan saat
diskusi online ASTHIN yang dilansir oleh Warta Ekonomi.co.id. Selanjutnya juga
disampaikan kriteria upaya pencegahan harus diterapkan di tempat kerja, sekolah
dan tempat umum lain. Misalnya pembatasan jarak, menyediakan fasilitas cuci
tangan, dan etika (hygiene) respirasi. Kriteria terakhir yang
disampaikan Dr. Erlina yaitu menyangkut resiko penyebaran kasus imported dapat
dikendalikan, sehingga diperlukan masyarakat yang sepenuhnya teredukasi, serta
ikut berperan dan diberdayakan dalam masa transisi ini.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh McKensey
Global Institute, pandemi COVID-19 berdampak pada beberapa hal, mulai dari
proses pengajaran dan pembelajaran, dosen, hingga kondisi finansial perguruan
tinggi. Pada scenario pesimistis kehidupan normal baru, pembelajaran online
akan dilakukan hingga 2021. Sebagian besar mahasiswa akan menyelesaikan
perkuliahan semester pada tahun ajaran 2020 secara daring dan kelulusan akan
dilakukan secara virtual (tanpa seremonial formal.
Kemudian, pergeseran signifikan terjadi pada pembelajaran
online yang tentunya menjadi tantangan besar perguruan tinggi. Standar
pembelajaran online yang layak perlu dikembangkan perguruan tinggi agar mampu
menfasilitasi consumer needs, dalam hal ini mahasiswa. Selain itu, dosen
yang tidak siap dengan pembelajaran ini dituntut memberikan effort lebih untuk
melek teknologi dan menjadi kreator konten edukasi yang kreatif.
Hal ini tentunya memakan waktu yang awalnya dialokasikan
untuk penelitian dalam rangka peningkatan scholarly productivity perguruan
tinggi. Dalam hal finansial, seperti yang telah disampaikan oleh Ketua Asosiasi
Perguruan Tinggi Swasta Indonesia Budi Djatmiko, perguruan tinggi khususnya
swasta (PTS) berasal dari dana mahasiswa. Keterlambatan pembayaran ini
disebabkan kesulitan finansial sebagian besar orangtua mahasiswa di tengah
pandemi.
Berdasarkan hasil diskusi dalam diskusi mingguan online
yang diadakan oleh UKM Kajian Ilmiah Penelitian Mahasiswa Universitas PGRI
Semarang disampaikan bahwa perlu adanya langkah pematangan konsep sebelum
kehidupan normal baru dilaksanakan. Dikarenakan hal tersebut sangatlah
membutuhkan perubahan yang akan berlangsung secara signifikan, sehingga
diperlukan juga konstribusi aktif mahasiswa, maupun dosen dan civitas academia
lainnya yang bersangkutan, demi terlaksana kehidupan normal baru di lingkup
kampus.
Kemampuan adaptasi seseorang terhadap kondisi new
normal, membuatnya mampu untuk mengembangkan kebiasaan-kebiasaan baru dan
memandang kehidupan dengan cara yang lebih realistis terhadap situasi yang
sebelumnya dianggap sebagai disrupsi pada semua aspek kehidupaanya
(Suara.com). Beberapa aspek perubahan yang mulai dilakukan pada mereka yang
telah mencapai tahap ini diantaranya adalah :
1. Terbentuknya
gaya hidup stay at home
Pandemi COVID-19 ini tentu saja memaksa
masyrakat untuk menerapkan gaya hidup stay at home atau dirumah saja.
Sehingga menurunkan mobilitas secara drastic. Hal ini akan berpengaruh pada
kegiatan masyrakat jika keluar rumah harus mematuhi protokol kesehatan untuk
memutus mata rantai penyebaran COVID-19.
2. Back
to basic
Aktivitas akan lebih banyak terpusat
dirumah. Masyarakat juga akan cenderung kembali ke bahan-bahan tradisional atau
herbal untuk menjaga kesehatan tubuh. Aktivitas sederhana seperti mencuci
tangan hingga berjemur di bawah sinar matahari akan menjadi kegiatan yang
sering dilakukan.
3. Optimalisasi
virtual
Aturan bekerja dari rumah atau work
from home hingga sekolah dari rumah akan sangat memanfaatkan teknologi.
Diperkirakan akan melahirkan generasi rapat virtual. Bahkan konsultasi
kesehatan juga akan banyak menggunakan teknologi dengan mengandalkan layanan telemedicine.
4. Timbulnya
kebersamaan dan rasa senasib sepenanggungan
Pada akhirnya rasa kemanusiaan dan kebersamaan akan
sangat diuji dan akan menjadi hal yang berarti di tengah pandemi COVID-19
seperti sekarang ini.
Daftar Pustaka
https://www.google.com/amp/s/amp.suara.com/2020/05/14/04000/4-aspek-kehidupan-yang-akan-berubah-saat-kehidupan-new-normal.
Diakses
pada tanggal 11 November 2020. Online.
Fukuda,
K. (2020). Science, Technology and Inovation Ecosystem Transformation Toward
Society 5.0. Internasional Journal of Production Economics, 220, 107460.
Mashabi, Sania. Meiliana, D. (2020). Pemerintah
diingatkan Lakukan hal ini sebelum Berlakukan New Normal. https://www.google.com/amp/s/amp/kompas.co/nasional/read/2020/06/05/15103731/pemerintah-diingatkan-lakukan-hal-ini-sebelum-berlakukan-new-normal.
Diakses
pada tanggal 10 November 2020. Online.
Sevima. (2020). Wacana Skenario New Normal di Perguruan
Tinggi. http://www.sevima.com/wacana-skenario-new-normal-di-perguruan-tinggi.
Diakses pada tanggal 14 Novmber 2020
Warta
Ekonomi.co.id. Diakses pada tanggal 13 November 2020. Online
Diskusi
Mingguan Online
Via Google
Meet
Pemateri
: Dr. Nur Khoiri, M.T., M.Pd (Dekan FPMIPATI Universitas PGRI Semarang)
Komentar
Posting Komentar